Dalam rantai usaha pakaian jadi, usaha sablon menjadi salah satu bidang yang paling digemari. Hal ini didukung dengan tingginya permintaan pakaian yang disablon dan diperlukan modal yang tidak terlalu besar. Hampir tidak ada biaya untuk tenaga professional yang mahal, karena relatif pekerjaan ini dapat dikerjakan sendiri. Fenomena tersebut membuat barrier-to-entry pada usaha sablon ini juga cukup rendah.
Bagi yang tertarik pada usaha sablon pakaian, pada artikel ini akan dibahas mengenai costing dan profitability untuk usaha sablon. Perincian costing untuk per-model baju menggunakan Job Order Costing.
Illustrasi:
Sebuah usaha sablon memiliki pegawai sebanyak 4 orang dibayar bulanan sebesar @ Rp. 1.000.000,- dengan harga sewa tempat Rp. 1.000.000/bulan. Usaha ini memiliki 4 meja (meja sablon), dengan rata-rata kapasitas produksi 100 lusin x 26 hari kerja – 8 jam/hari = 2600 lusin/bulan. Jumlah model yang akan dicetak adalah 5 (lima) model (Biasanya sebuah tempat sablon telah memiliki langganan tetap <- berperan sebagai outsourcing perusahaan yang lebih besar).
Job order yang ada seperti berikut:
Job A : 600 lusin – 4 warna
Job B : 1100 lusin – 5 warna
Job C : 900 lusin – 3 warna
Costing :
POHR : Rp 7.300.000,- : 2600 lusin = Rp 2.800,-/lusin
Asumsi :
- Total cost juga merupakan COGS karena setiap order sudah pasti terjual karena produksi berdasarkan permintaan
- Asumsikan harga jual setiap lusinnya adalah Rp 6.000/lusin
- Revenue / bulan = 2600 lusin x Rp 6.000 = Rp 15.600.000,-
INCOME STATEMENT | |
Sales (2600 lusin x Rp 6.000,-) | Rp 15.600.000,- |
Total COGS | Rp 10.424.000,- |
Gross Margin | Rp 5.176.000,- |
Selling and Administrative Expenses | |
Communication | Rp 300.000,- |
Transportation | Rp 500.000,- |
Total | Rp 800.000,- |
NET OI | Rp 4.376.000,- |
0 comments:
Post a Comment